Immobilisasi
merupakan suatu keadaan di mana
seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang
mengganggu pergerakan atau aktifitas misalnya pada ekstremitas, dan sebagainya.
B. Definisi
Immobilisasi
merupakan suatu kondisi yang relative. Maksudnya, individu tidak hanya
kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan
aktifitas dari kebiasaan normalnya. Ada beberapa alas an dilakukannya
imobilisasi :
1. Pembatasan
gerak yang bertujuan untuk pengobatan atau terapi.
2. Keharusan,
ini biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan primer.
3. Pembatasan
secara otomatis sampai dengan gaya hidup.
Jenis
imobilisasi
Secara
umum ada beberapa macam imobilisasi yaitu :
1. Imobilisasi
fisik
Kondisi ketika seseorang mengalami
keterbatasan fisik yang disebabkan oleh factor lingkungan maupun kondisi orang
tersebut.
2. Imobilisasi
intelektual
Kondisi ini disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
3. Imobilisasi
emosional
Kondisi ini bisa terjadi akibat
proses pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai.
4. Imobilisasi
sosial
Kondisi ini bisa menyebabkan
penurunan interaksi sosial yang sering terjadi akibat penyakit.
Dampak
fisik dan psikologis imobilisasi :
1. Dampak
psikologis :
a. Penurunan
motivasi.
b. Kemunduran
kemampuan dalam memecahkan masalah.
c. Perubahan
konsep diri.
d. Ketidaksesuaian
antara emosi dan situasi.
e. Perasaan
tidak berharga dan tidak berdaya.
f. Keseoian
yang diekspresikan dengan perilaku menarik diri dan apatis.
2. Dampak
fisik :
a. System
musculoskeletal
·
Osteoporosis
Tanpa adanya aktifitas tanpa
memberi beban kepada tulang, tulang akan mengalami demineralisasi. Proses ini
akan menyebabkan tulang kehilangan kekuatan dan kepadatannya sehingga tulang
menjadi keropos dan mudah patah.
·
Atrofi otot
Otot yang tidak dipergunakan dalam
waktu lama akan kehilangan sebagian besar kekuatan dan fungsi normalnya.
·
Kontraktur
Pada kondisi imobilisasi, serabut
otot tidak mampu memendek atau memanjang. Lama-kelamaan kondisi ini akan
menyebabkan kontraktur. Proses ini sering mengenai sendi, tendon, dan ligament.
·
Kekakuan dan nyeri
sendi.
Pada kondisi imobilisasi, jaringan
kolagen pada sendi dapat mengalami ankilosa. Selain itu tulang juga akan
mengalami demineralisasi yang akan menyebabkan akumulasi kalsium pada sendi
yang dapat mengakibatkan kekakuan dan nyeri pada sendi.
b. Eliminasi
urine
Masalah yang umum ditemui pada
system perkemihan akibat imobilisasi antara lain :
·
Statis urine
Saat individu berada dalam posisi
berbaring untuk waktu lama, gravitasi justru akan menghambat proses tersebut. Akibatnya
pengosongan urine akan terganggu dan terjadilah statis urine (terhentinya atau
terhambatnya aliran urine).
·
Batu ginjal
Terjadi akibat ketidakseimbangan
antara kalsium dan asam sitrat yang menyebabkan kelebihan kalsium. Akibatnya
urine menjadi basa, dan garam kalsium mempresipitasi terbentuknya batu ginjal.
Pada posisi horizontal akibat imobilisasi, pelvis ginjal yang terisi urine basa
menjadi tempat yang ideal untuk pembentukan batu ginjal.
·
Retensi urine
Kondisi imobilisasi menyulitkan
upaya seseorang untuk melemaskan otot perineum pada saat berkemih. Selain itu,
penurunan tonus otot kandung kemih juga menghambat kemampuan untuk megosongkan
kandung kemih secara tuntas.
·
Infeksi perkemihan
Urine yang statis merupakan media
yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Selain itu sifat urine yang basa akibat
hiperkalsiuria juga mendukung proses tersebut. Organisme yang umumnya
menyebabkan infeksi saluran kemih adalah Escherichia Coli.
c. Gastrointestinal
Kondisi imobilisasi memengaruhi
tiga fungsi system pencernaan, yaitu fungsi ingesti, digesti, dan eleminasi. Dalam
hal ini, masalah yang umum ditemui salah satunya adalah konstipasi. Konstipasi
terjadi akibat penurunan peristalsis dan mobilitas usus. Jika konstipasi terus
berlanjut, feses akan menjadi keras dan diperlukan upaya kuat untuk
mengeluarkannya.
d. Respirasi
·
Penurunan gerak
penapasan
Kondisi ini dapat disebabkan oleh
pembatasan gerak, hilangnya koordinasi otot, atau karena jarangnya otot
tersebut digunakan, obat-obat tertentu dapat juga mengakibatkan kondisi ini.
·
Penumpukan sekret
Normalnya sekret pada saluran
pernapasan dikeluarkan dengan perubahan posisi atau postur tubuh, serta dengan
batuk. Pada kondisi imobilisasi, sekret berkumpul pada jalan napas akibat
gravitasi sehingga mengganggu proses difusi oksigen dan karbondioksida di
alveoli. Selain itu upaya batuk untuk mengeluarkan sekret juga terhambat karena melemahnya tonus
otot-otot pernapasan.
·
Atelektasis
Pada kondisi tirah baring,
perubahan aliran darah regional dapat menurunkan produksi surfaktan. Kondisi
ini ditambah dengan sumbatan sekret pada jalan napas, dapat mengakibatkan
atelektasis.
e. System
kadiovaskular
·
Hipotensi ortostatik
Hal ini terjadi karena system saraf
otonom tidak dapat menjaga keseimbangan suplai darah ke tubuh sewaktu individu
bangun dari posisi berbaring dalam waktu yang lama. Akibatnya perfusi di otak
mengalami gangguan, dan dapat mengalami pusing, berkunang-kunang, bahkan
pingsan.
·
Pembentukan trombus
Thrombus atau massa padat darah
terbentuk di jantung atau pembuluh darah
biasanya disebabkan oleh tiga faktor yakni gangguan aliran balik vena menuju
jantung, hiperkoagulabilitas darah, dan cedera pada dinding pembuluh darah.
Jika trombus lepas dari dinding pembuluh darah dan masuk ke sirkulasi disebut
embolus.
·
Edema dipenden
Edama dipenden dapat terjadi pada
area-area yang menggantung, seperti kaki dan tungkai bawah pada individu yang
sering duduk berjuntai du kursi. Edema ini menghambat aliran balik vena menuju
jantung yang mengakibatkan lebih banyak edema.
f. Metabolisme
dan nutrisi
·
Penurunan laju metabolism
Laju metabolisme basal adalah
jumlah energy minimal yang digunakan untuk mempertahankan proses metabolisme.
Pada kondisi imobilisasi, laju metabolism basal, mobilitas usus serta sekresi
kelenjar digestif menurun seiring dengan penurunan kebutuhan energy tubuh.
·
Balans nitrogen
negative
Pada kondisi imobilisasi, terdapat
ketidakseimbangan antara proses anabolisme dan katabolisme protein. Dalam hal
ini, proses katabolisme melebihi anabolisme. Akibatnya jumlah nitrogen yang
diekskresikan meningkat dan menyebabkan balans nitrogen negative.
·
Anoreksida
Penurunan nafsu makan biasanya
terjadi akibat penurunan laju metabolisme dan peningkatan katabolisme yang
kerap menyertai kondisi imobilisasi. Jika asupan protein kurang kondidi ini
bisa menyebabkan ketidakseimbangan nitrogen yang dapat berlanjut pada status
malnutrisi.
g. System
integument
·
Turgor kulit menurun
Kulit dapat mengalami antropi
akibat imobilitas yang lama. Selain itu, perpindahan cairan antar-kompartemen
pada area tubuh yang menggantung dapat mengganggu keutuhan dan kesehatan dermis
dan jaringan subkutan. Pada akhirnya kondidi ini akan menyebabkan penurunan
elastisitas kulit.
·
Kerusakan kulit
Kondisi imobilitas mengganggu
sirkulasi dan suplai nutrient menuju area tertentu. Ini mengakibatkan iskemia
dan nekrosis jaringan superficial yang dapat menimbulkan ulkus dekubitus.
h. System
neurosensorik
Ketidakmampuan mengubah posisi
menyebabkan terhambatnya input sensorik, menimbulkan perasaan lelah, iritabel,
persepsi tidak realistis, dan mudah bingung.
Tingkatan
imobilitas
Tingkatan
imobilitas bervariasi, diantaranya yaitu :
1. Imobilitas
komplet
Imobilitas ini dilakukan pada
individu yang mengalami gangguan tingkat kesadaran.
2. Imobilitas
parsial
imobilitas ini dilakukan pada
pasien yang mengalami fraktur.
3. Imobilitas
karena alasan pengobatan
Imobilitas ini dilakukan pada
individu yang menderita gangguan pernapasan atau pada penderita penyakit
jantung.
C. Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Mobilisasi
Pengkajian
Saat
mengkaji data tentang masalah imobilitas, perawat menggunakan metode pengkajian
inspeksi, palpasi, dan auskultasi. Perawat jugamemeriksa hasil tes laboratorium
saat mengukur berat badan, asupan cairan, dan haluaran cairan klien. Karena
tujuan intervensi keperawatan adalah untuk mencegah komplikasi imobilitas, maka
perawat perlu mengidentifikasi klien yang berisiko mengalami komplikasi. Ini
termasuk klien yang mengalami :
1. Gizi
buruk.
2. Penurunan
sensitivitas terhadap nyeri, temperature atau tekanan.
3. Masalah
kardiovaskular, paru, dan neuromuscular.
4. Perubahan
tingkat kesadaran.
Penetapan
diagnosis
Selain
bisa ditetapkan sebagai label diagnosis, masalah mobilitas bisa pula dijadikan
etiologi untuk diagnosis keperawatan yang lain. Menurut NANDA, diagnosis untuk
masalah mobilitas meliputi hambatan mobilitas fisik. Sedangkan diagnosis dengan
masalah mobilitas sebagai etiologi bergantung pada area fungsi atau system yang
dipengaruhi.
Perencanaan
dan implementasi
Beberapa
tujuan umum untuk klien yang mengalami atau berpotensi mengalami masalah
mobilisasi yaitu :
1. Meningkatkan
toleransi klien untuk melakukan aktifitas fisik.
2. Mengembalikan
atau memulihkan kemampuannya untuk bergerak atau berpartisipasi dalam kegiatan
sehari-hari.
3. Mencegah
terjadinya cedera akibat jatuh.
4. Meningkatkan
kebugaran fisik.
5. Mencegah
terjadinya komplikasi akibat imobilitas.
6. Meningkatkan
kesejahteraan social, emosional, dan intelektual.
Bentuk
diagnosis dengan imobilisasi sebagai label diagnosis dan sebagai etiologi.
1. Hambatan
mobilitas fisik
Berhubungan dengan :
a. Penurunan
kekuatan dan daya tahan tubuh, sekunder akibat (penyakit system saraf, distrofi
otot, paralisis parsial, deficit sensorik, gangguan musculoskeletal, fraktur).
b. Edema
c. Peralatan
eksternal
d. Insufiensi
kekuatan dan daya tahan tubuh untuk bergerak.
e. Kelelahan
f. Nyeri
g. Kelemahan
otot
Kriteria
hasil
Individu akan mengungkapkan
bertambahnya kekuatan dan daya tahan ekstremitas.
Indikator
a. Mendemonstrasikan
cara penggunaan alat-alat adaptif untuk meningkatkan mobilitas.
b. Melakukan
langkah-langkah pengamanan untuk meminimalkan kemungkinan cedera.
c. Menjelaskan
rasional intervensi.
d. Mendemonstrasikan
langkah-langkah untuk meningkatkan mobilisasi.
Intervensi
a. Kaji
penyebab.
b. Tingkatkan
mobilitas dan pergerakan yang optimal.
c. Posisikan
tubuh sejajar untuk mencegah komplikasi.
d. Pertahankan
kesejajaran tubuh yang baik pada saat menggunakan alat bantu.
e. Lakukan
mobilitas yang progresif.
f. Anjurkan
penggunaan lengan yang sakit apabila memungkinkan
Rasional
a. Imobilitas
yang lama dan gangguan fungsi neurosensorik dapat menyebabkan kontraktur
permanen.
b. Tirah
baring yang lama atau penurunan volume darah dapat menyebabkan turunnya tekanan
darah secara tiba-tiba karena darah kembali ke sirkulasi perifer. Peningkatan aktivitas
secara bertahap dapat mengurangi kelemahan dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar